WahanaNews-Karo | Masyarakat di Kabupaten Karo memiliki daya juang dan bertahan hidup yang kuat, meski terus dibayangi semburan erupsi gunung Sinabung, serbuan hama tanaman dan kartel dagang yang mencekik, namun perekonomian terus bergerak meski tak dilindungi oleh pemangku dan pemilik kebijakan.
"Hal itu yang membuat seorang wartawan asal Hollandia, Maxwell Van Heck merasa penasaran dengan strategi ekonomi yang dimiliki warga di Kabupaten Karo, sehingga dia memutuskan untuk melihat langsung kehidupan orang karo di masa erupsi," kata Hujan Tarigan penulis cerita dalam jumpa pers peluncuran naskah film layar lebar "Perik Siduadua", Minggu (9/10/2022) di Ballroom Hotel 3 Berastagi, Karo.
Baca Juga:
Dua Tahun Tidak Selesai, Rehab Teras SD Inpres Desa Lingga Terbengkalai
Kisah percintaan yang dibungkus dengan mimpi-mimpi seorang anak perempuan untuk bisa mengembangkan ekonomi dimasa paceklik itu menjadi semakin runyam tatkala travel warning diberlakukan menjelang penyebaran wabah Covid-19.
"Di saat tokoh utama dan warga lainnya sedang membangun mimpi baru, datang Covid-19 yang membuyarkan semua mimpi-mimpi. Padahal di sisi lain, tokoh utama itu sudah berhasil menerobos ketabuan adat, tentang perempuan karo yang tak memiliki catatan menjadi seorang pemandu wisata," lanjut Hujan.
Film ini nantinya akan mengambil setting lokasi di beberapa tempat di Kabupaten Karo. Drama kehidupan itu akan dibungkus dengan gambar-gambar indah dari panorama serta objek wisata yang tersebar di sepanjang dataran tinggi Karo dan tepian Danau Toba di Tongging.
Baca Juga:
Bahas Percepatan Penanganan Stunting, Bupati Karo : Lakukan Pencegahan kepada Anak-Anak dan Ibu Hamil
"Film ini juga akan meluruskan dan mengembalikan ingatan kita pada hubungan mesra antara masyarakat karo di dataran tinggi dengan Hollandia di bidang ekonomi dan perdagangan. Sehingga diharapkan menjadi duta diplomasi perbaikan hubungan dan kerja sama antara masyarakat Kabupaten Karo dan pemerintah Hollandia," sambung Hujan.
"Satu lagi, yang menjadi poin utama dan tema besar film ini, film ini terinspirasi dari lagu monumental ciptaan Rahmatsys Barus. Dimana lagu itu mengisahkan tentang kehidupan sepasang kekasih yang memiliki komitmen kuat membangun bahtera rumah tangga. Komitmen akan menjadi kata kunci dalam cerita ini. Sebagaimana yang kita tahu, komitmen belakangan menjadi mahal karena mulai ditinggalkan oleh sebagian besar dari kita," sambung Hujan.
Sementara itu menurut sang produser Perik Siduadua Benson Kaban ada sekitar 17 destinasi wisata lainnya di Kabupaten Karo, menjadi latar belakang lokasi oengambilan gambar.