Danau-Toba.WahanaNews.co - Sebuah video viral yang diduga menunjukkan petugas pemungut retribusi melakukan pengutipan liar untuk masuk ke lokasi objek wisata Huta Siallagan menuju objek wisata di Samosir telah menimbulkan efek negatif pada pariwisata di daerah tersebut. Lidia Siallagan, pegawai pemungut retribusi dari Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, yang bertugas di pintu masuk dan keluar wisatawan melalui jalur danau, menyesalkan tindakan pembuat konten yang membuat video tersebut tanpa mengkonfirmasi kepada mereka terlebih dahulu. Video tersebut telah menyebabkan sepinya wisatawan berkunjung ke Huta Siallagan pada Selasa, 16 April 2024.
Lidia Siallagan mengaku bahwa kinerja mereka tidak seperti yang ditayangkan dalam video tersebut dan menyayangkan tanpa konfirmasi kepada mereka. Lebih lanjut, Lidia Siallagan juga menyampaikan bahwa pihaknya sedang menyelidiki siapa pembuat konten tersebut, alamatnya, serta tujuan sebenarnya dalam memviralkan objek wisata Siallagan.
Baca Juga:
Pengakuan Tahanan KPK, Jika Tak Setor Pungli Dilarang Salat Jumat
Pegawai PPR tersebut menyampaikan bahwa akibat dari viralnya konten yang diduga tidak bertanggung jawab tersebut, pihak kapal tradisional dari pantai Parapat yang membawa wisatawan enggan untuk membawa penumpangnya ke objek wisata Siallagan sejak Jumat, 12 Maret hingga saat ini.
"Viralnya video tersebut menyebabkan kekhawatiran dan ketidakpercayaan pada objek wisata Siallagan," katanya.
Biasanya, wisatawan diwajibkan membayar pungutan masuk sebesar Rp. 5.000 saat ingin masuk ke objek wisata Siallagan dan dapat bebas berfoto serta nge-toilet di area tersebut. Biaya pemandu dan photo bersama pun gratis dengan pungutan Rp. 5.000.
Baca Juga:
Petugas dan Warga Binaan Laksanakan Salat Idul Adha dengan Penuh Khidmat
"Pengutipan tersebut sah dan dapat dimengerti karena sudah menjadi hal yang biasa. Namun, viralnya video pengutipan liar tersebut menyebabkan kerugian pada para pebisnis yang berjualan di lokasi tersebut," ujarnya.
Sementara itu, M. Siahaan, salah satu pemilik kios yang menjual souvenir berupa kerajinan kayu khas Batak Toba dan baju dengan motif gorga Batak yang berada di dekat lokasi pengutipan tiket masuk, merasa sedih dan geram. Ia mengatakan bahwa biasanya kios mereka akan ramai pada masa liburan seperti Idul Fitri.
"Akibat viralnya video pengutipan tersebut, kapal dari Parapat tidak bersinggah lagi di Pelabuhan Siallagan dan hidup masyarakat yang tergantung dari penjualan di kios mereka harus berupaya lain agar dapat menutup biaya belanja yang sudah dibelanjakan untuk persiapan menyambut libur panjang Idul Fitri," ungkapnya.
M. Siahaan mengharapkan agar pembuat konten dapat memikirkan efek dari konten yang dihasilkan dan tidak berdampak negatif pada masyarakat. Ia berharap agar kepariwisataan di Kabupaten Samosir, khususnya objek wisata Huta Siallagan, tidak terkena dampak negatif akibat dari konten tersebut. Pemerintah Kabupaten Samosir telah berjuang membangun kepariwisataan agar tetap maju, sehingga kerugian ekonomi akibat dari viralnya video pengutipan liar dapat lebih ditekan.
Sementara itu, awak media mencoba menghubungi Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir untuk menanyakan jumlah setoran retribusi per tahun dari pintu masuk pelabuhan Siallagan, namun tetap tidak mendapat jawaban hingga berita ini dikirimkan ke meja redaksi.
Awak media akhirnya mengarahkan pertanyaan kepada Kabid Usaha Pariwisata dan Kerjasama (UPK) di Dinas Pariwisata untuk mengetahui jumlah setoran retribusi dari pintu masuk pelabuhan Siallagan per tahunnya.
" Besok ya pak!," tandasnya.
[Redaktur : Hadi Kurniawan]