Danau-Toba.WahanaNews.co - Umat muslim akan menjalani ibadah puasa di bulan suci Ramadhan baik di Indonesia dan seluruh dunia. Oleh karena itu, pengamatan astronomi harus dilakukan untuk memastikan mulainya bulan Ramdahan seperti yang dilakukan oleh Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I (BBMKG Wil. I).
Koordinator Geofisika BBMKG Wilayah I, Lewi Ristiyono, menjelaskan bahwa pengamatan hilal merupakan salah satu kegiatan astronomi rutin dan wajib yang dilakukan oleh BBMKG Wil. I. Pada bulan maret ini, Lewi memberitahukan bahwa BBMKG Wil. I turut berpartisipasi dalam mengamati awal Ramadhan.
Baca Juga:
Pemerintah Tetapkan 1 Ramadhan Jatuh pada Selasa 12 Maret 2024
"Dalam riset yang telah dilakukan oleh BMKG, informasi prakiraan Hilal saat Matahari Terbenam adalah Tanggal 10 dan 11 Maret 2024 sebagai penentu Awal Bulan Ramadan 1445 H pada 30 lokasi seluruh Indonesia," katanya.
Pada wilayah Sumut sambung Lewi mengatakan, pengamatan dilakukan di dua tempat di wilayah Sibolga sebagai wilayah pantai Timur yang dekat dengan horison dan juga bersama pemerintah di gedung Gubernur Pemprov Sumut.
"Salah satu tantangan dalam pengamatan hilal yaitu kecerlangan cahaya yang akan direkam oleh detektor yang dipasang pada teleskop yang secara otomatis mengikuti berubahnya posisi bulan diufuk barat. Sehingga, kita berharap pada tanggal 10 kita bisa dan berupaya untuk mendapatkan citra hilal walaupun dengan ketinggian yang relatif cukup rendah," ungkapnya.
Baca Juga:
Pemerintah Tetapkan 1 Ramadhan Jatuh pada Selasa 12 Maret 2024
Lebih lanjut, pengamat astronomi BBMKG Wil. I, Andrean Simanjuntak, menambahkan informasi Elongasi yang mana adalah jarak sudut antara pusat celah Bulan dan Matahari berkisar antara 1,64 derajat di Denpasar sampai 2,08 derajat di Jayapura pada 10 maret.
"Selanjutnya, Saat matahari terbenam pada 11 Maret 2024, elongasi berkisar antara 13,24 derajat di Jayapura dan 14,95 derajat di Banda Aceh," ujarnya.
Andrean juga menambahkan informasi umur Bulan yang digunakan untuk penentu awal puasa pada saat Matahari terbenam pada 10 Maret 2024 berkisar -0,15 jam di Waris, Papua sampai dengan 2,48 jam di Banda Aceh sedangkan 11 Maret 2024 berkisar antara 23,84 jam di Waris, Papua sampai dengan 26, 84 jam di Banda Aceh.
"Ketinggian hilal pada 10 Maret 2024 berkisar antara -0,33 derajat di Jayapura dan 0,87 derajat di Tua Pejat. Sementara, ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 11 Maret 2024 berkisar antara 10,7 derajat di Merauke sampai 13,62 di Sabang Aceh," ucapnya.
Secara terpisah, Kepala BBMKG Wil. I, Hendro Nugroho menerangkan bahwa BMKG dilibatkan dalam pengamatan rukyat hilal sebagai tanda mulainya puasa Ramadhan 2024 yang akan ditentukan melalui sidang Isbat yang digelar oleh Kementerian Agama RI yang rencananya digelar pada Minggu 10 Maret 2024.
Secara teknis, mekanisme observasi rukyat hilal penentu 1 Ramadhan 2024 menggunakan teleskop atau teropong yang secara digital sangat modern dan terkomputerisasi dengan teknologi informasi sehingga bisa dilakukan live streaming," terangnya.
Hendro juga menambahkan apapun hasil yang didapat BMKG akan mengikuti proses sidang Isbat dan menghimbau untuk masyarakat tidak terpengaruh oleh informasi hoax terkait perbedaan mulainya puasa dan berharap mendapatkan informasi dari kanal resmi BMKG yaitu instagram @infobmkg dan website www.bmkg.go.id.
[Redaktur : Andre]