WahaNews-Nusantara | Penggunaan bahan bakar dari energi yang lebih bersih dan menekan emisi karbon, Kereta Api Cepat Jakarta Bandung (KCJB) dalam operasionalnya akan menggunakan sumber daya listrik.
General Manager Corporate Secretary KCIC Rahadian Ratry mengatakan, penggunaan energi listrik pada layanan KCJB diharapkan mampu mengurangi emisi karbon di wilayah yang dilalui dari Jakarta hingga Bandung.
Baca Juga:
Jaga Keselamatan Pengguna Jalan, KCIC Tutup Akses Tol Stasiun Kereta Cepat Halim
“KCJB turut serta dalam pelestarian lingkungan melalui penggunaan energi listrik dalam operasionalnya. Pasalnya, polusi yang dihasilkan dari kereta api dengan bahan bakar listrik adalah nol atau tidak ada sama sekali jika dibandingkan dengan kereta api bertenaga diesel,” kata Rahadian dalam keterangan resmi, dikutip Minggu, 30 April 2023.
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan Department for Transport Britania Raya (DfT), karbon per mil penumpang dari kereta listrik lebih rendah hingga 35 persen dibandingkan kereta diesel. Ini merupakan bukti salah satu sumbangsih dan manfaat kehadiran KCJB di Indonesia.
Tentunya, hal tersebut juga sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo pada konferensi G20 dengan Indonesia turut berkontribusi dalam menangani perubahan iklim dan mengelola lingkungan secara berkelanjutan.
Baca Juga:
Menteri Perhubungan: China Berminat Bangun Kereta Otonom di IKN Kalimantan Timur
Butuh 246,3 MVA operasikan KCJB
Ia mengatakan, untuk mengoperasikan KCJB, stasiun, dan seluruh peralatan yang terpasang di trase KCJB dari Halim hingga Tegalluar, dibutuhkan kekuatan hingga 246,3 MVA.
“Untuk KCJB itu, tenaga listriknya akan disalurkan melalui jaringan Listrik Aliran Atas atau Overhead Catenary System (OCS),” ujarnya.