Sementara Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengkhawatirkan dampaknya terhadap inflasi.
Sebab sumbangsih LPG terhadap inflasi terbilang cukup besar.
Baca Juga:
Pertamina: Sekali Nenteng Elpiji 3 Kg Subsidinya Sampai Rp 33.750
"Pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat yang tengah kembali pulih. Padahal konsumsi rumah tangga menyumbang ke ekonomi sebesar 50% lebih," terangnya.
Dengan begitu dia justru yakin kenaikan harga LPG non subsid akan berpengaruh terhadap pemulihan ekonomi nasional.
Apalagi ditambah dengan kenaikan PPN yang rencananya juga akan diimplementasikan dalam waktu dekat.
Baca Juga:
Sepekan Naik 11%, Tapi Masa Depan Batu Bara Masih Suram!
"Jadi tekanan ke daya beli masyarakat semakin besar. Belum lagi ada kenaikan-kenaikan harga barang-barang lainnya yang cukup tajam seperti minyak goreng, kedelai, daging, dan lainnya yang saya rasa membuat kebijakan menaikkan harga LPG non subsidi sebenarnya kurang tepat untuk saat ini," tutupnya. [as/rin]