Perusahaan swasta maupun pemerintah mendapatkan hak memproduksi benih berlabel dari negara.
"Jika kedaulatan benih tidak diperkuat, dominasi korporasi multinasional terhadap pasar pada gilirannya akan menyulitkan pencapaian kedaulatan pangan pokok," katanya.
Baca Juga:
Rusia: Presidensi Indonesia Sukses Jaga G20 Tanpa Politisasi
Prima juga berharap Presidensi G20 Indonesia di bidang pertanian dapat mendorong regenerasi petani lokal dan global. Minimnya ketertarikan terhadap pertanian merupakan salah satu faktor utama penyebab lambatnya regenerasi petani Indonesia.
Persepsi usaha tani masih kurang menguntungkan ditambah citra sektor pertanian yang kurang bergengsi, kotor, sulit, dan berisiko tinggi harus dapat diubah lewat perhelatan presidensi G20.
"Fakta sektor pertanian menjadi jangkar ekonomi diberbagai negara saat pandemi COVID-19 harus dijadikan pemantik regenerasi petani. Di Indonesia, data time series BPS menunjukkan sepanjang tahun 2021 sektor pertanian menjadi lokomotif ekonomi dengan tumbuh positif di level 1,84 persen. Bahkan diawal tahun Januari 2022, Nilai Tukar Petani (NTP) juga mengalami kenaikan yaitu di angka 108,67. Kedua hal ini harus digaungkan," katanya.
Baca Juga:
Hadirkan Listrik Andal, Menteri BUMN Apresiasi PLN Sukseskan Gelaran KTT G20
Prima juga menekankan momentum Presidensi G20 Indonesia menjadi kesempatan emas bagi pelaku usaha sektor pertanian dan pangan di Indonesia untuk berpromosi.
"Kurangi konsumsi pangan impor seperti buah-buahan impor. Sebagai contoh praksisnya adalah keberadaan Jeruk Sunkist dalam menu makan, diganti dengan Jeruk Pontianak atau Jeruk Medan," katanya.
Dia juga menekankan pentingnya terciptanya kesepakatan pertukaran teknologi pertanian baik off farm dan on farm. Pertukaran teknologi dalam sektor pertanian dapat dilakukan melalui employee exchange antar negara G20 dan kerja sama penelitian antar perguruan tinggi pertanian.