Tapteng.WahanaNews.co - KEPUTUSAN merotasi 46 Pejabat Administrator dan Pengawasan di lingkungan Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Tapanuli Tengah, oleh Pj Bupati Sugeng Riyanta, sangat elegan dan berkelas. Melalui rotasi tersebut Sugeng Riyanta memberi tamparan lembut tapi menyakitkan.
Lho.. kok bisa? Bukankah pelantikan merupakan sebuah promosi bagi seorang pejabat ke posisi atau jabatan yang lebih besar dan lebih nyaman?. Tidak selamanya anekdot itu benar. Ada kalanya seseorang dilantik dan diberi jabatan hanya untuk pergeseran posisi, yang kadang tidak diharapkan pelaku birokrasi.
Baca Juga:
Satres Narkoba Polres Pematangsiantar Tangkap Enam Pria Pemilik Sabu
Apakah ini bagian dari tindakan hukuman?. Tidak juga. Dalam konteks ini, Sugeng Riyanta bukanlah sosok Bima dalam tokoh pewayangan Mahabharata. Sebagai anak Kulon Progo, pria yang akrab disapa 'mas Sugeng' ini, selalu mengamalkan prinsif 'hasthalaku', yang merupakan falsafah hidup wong Jowo.
Sugeng identik dengan Yudistira, anak Pandu yang memiliki jiwa kepemimpinan grapyak semanak (ramah), lembah manah (rendah hati), ewuh pakewuh (menghormati), pangerten (menghargai), andhap asor (berbudi luhur), dan tepa selira (tenggang rasa).
Sebagai seorang pemimpin yang secara otomatis mendapatkan berbagai privilise, Sugeng tidak mau grasak grusuk. Memperbaiki kondisi pemerintahan Tapteng yang hancur lebur pasca kolonialisme 6 tahun, harus lembut dan halus. Insting adiyaksa Sugeng berbisik, konsep dan strategi tidak bisa dimainkan dengan cara kasar.
Baca Juga:
Pemilik Ganja yang Disimpan di Dalam Jok Sepeda Motor Diciduk Polisi
Tidak ada pemberhentian jabatan. Yang ada hanya pergeseran posisi dari zona nyaman ke zona baru. Bagi sebagian pejabat yang dilantik, kenyataan ini sungguh sangat tidak menyenangkan. Hal ini terlihat saat acara pelantikan. Walau didampingi suami/istri, tidak ada kesan ceria yang terlintas. Hanya wajah-wajah buram mendominasi sakral pengucapan sumpah janji.
"Rotasi ini akan meningkatkan kualitas dan kompetensi pegawai ASN di lingkungan kerja yang berbeda, sehingga memberikan pengalaman yang berbeda," kata Sugeng dengan nada suara dingin.
Mengapa Sugeng tidak mengganti
langsung pejabat-pejabat administrator tersebut?. Selain menghindari konflik horizontal, ada misi khusus pada rotasi yang dibalut alasan peningkatan kualitas dan kompetensi itu. Sejatinya, Sugeng memberi ruang baru untuk merenung dan intropeksi, tentang apa dan bagaimana yang telah dilakukan sebagai abdi negara. Sugeng berharap, pergeseran posisi akan menghilangkan aura negatif yang diwariskan rezim sebelumnya.