"Kalau tidak berkenan memberikan fisiknya, setidaknya berikan fotonya agar dapat disimpan. Nanti anak cucu kita pergi ke Perpustakaan Nasional, dia akan lihat benda itu di sana dan dituliskan nama Ompungnya sebagai pemilik," lanjut beliau.
"Jadi ini kita laksanakan supaya benda-benda berharga itu bisa tersimpan dan semogalah itu bisa bermanfaat sebagaimana fungsinya. Bisa saja ada orang yang punya kemampuan intelektual yang bisa memahami naskah tersebut," kata Audi Murphy mengakhiri sambutannya.
Baca Juga:
Dukung Generasi Religius: Polsek Sei Tualang Raso Berikan Bantuan Pembangunan Pondok Pesantren
Pada kesempatan itu, turut hadir 4 narasumber yang menjelaskan tentang pentingnya naskah kuno peninggalan nenek moyang, khususnya milik Bangso Batak. Keempat narasumber tersebut adalah Harapan Sibarani, Sekretaris DPD Batak Center dengan judul materi Arti Penting Aksara Batak bagi Masyarakat, kemudian Manguji Nababan, Kepala Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommesen dengan judul materi Naskah Kuno Batak dan Upaya Pelestariannya, pemateri ke tiga adalah Nelson Lumbantoruan, Pemerhati Budaya Batak dengan materi Sejarah Naskah Batak, Pesebaran dan Pendataannya. Sementara narasumber terakhir adalah Togi Marudut Sirait selaku Pemerhati/Pelaku Budaya Batak dan Pemilik Sanggar Ruma Aksara dengan materi Peranan Aksara Batak diera Digital.
[Redaktur: Hadi Kurniawan]