"Melalui pertemuan para pemimpin gereja se-Sumatera Utara ini, kami mendengar jeritan masyarakat agar TPL berhenti operasionalnya adalah bentuk kekecewaan masyarakat yang tak boleh diabaikan," sambungnya.
Menurutnya, lahirnya seruan "Tutup TPL" adalah bagian dari kekecewaan masyarakat terhadap kehadiran PT TPL.
Baca Juga:
Ketua DPD GMNI Sumut Dukung Seruan Tutup TPL
"Kekecewaan ini berdasar pada pengalaman nyata atas dampak ekonomi dan sosial. Disaksikan bahkan dialami langsung oleh masyarakat sekitar PT TPL berada," sambungnya.
Pihaknya meminta agar PT TPL tutup secara permanen. Setelah berganti nama dari PT Indorayon, PT TPL tetap melakukan hal sama hingga berdampak pada kerusakan alam.
"Oleh karena itu, kami gereja-gereja yang ada di Sumatera Utara memohon kepada Presiden RI Prabowo Subianto untuk menghentikan operasional PT TPL secara permanen," terangnya.
Baca Juga:
Sempat Ditangkap Polisi, Aktivis dan Warga Adat Tano Batak Dilepas
Selain itu, mereka juga meminta agar perusahaan memberikan hak karyawan tetap maupun buruh harian lepas manakala PT TPL tutup secara permanen.
"Meminta kepada pemerintah agar perusahaan memenuhi kewajibannya kepada seluruh buruh tetap dan buruh harian lepas yang muncul akibat penutupan PT TPL sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku," tuturnya.
"Memohon kepada Gubsu dan seluruh kepala daerah serta DPRD kawasan Danau Toba untuk bersama-sama gereja dan masyarakat berjuang bersama untuk penutupan PT TPL," pungkasnya.