danau-toba.wahananews.co | Bupati Poltak Sitorus yang melihat penampilan dan pemakaian bahasa Batak dari rangkaian Festival Literasi Balige (FLB) 2022, mengapresiasi dan mengakui bahwa banyak bahasa Batak asli yang maknanya tidak dimengerti lagi.
"Maka saya merasa, acara ini sangat tepat diselenggarakan supaya kita mengenal dan mengerti diri kita sendiri lebih dalam lagi.
Baca Juga:
Pengunjung Mencapai 80 Ribu Orang, Festival Bunga dan Buah Tahun 2024 Resmi Ditutup
Kita sudah mulai kehilangan identitas siapa kita, contohnya dalam hal tradisi topi Batak yang banyak meniru desain topi etnis lain dan hanya diganti bahannya saja yakni dari bahan ulos," kata Bupati Poltak Bupati Toba dalam kata sambutannya pada peluncuran FLB di TB Silalahi Center, Balige, Kabupaten Toba, Provinsi Sumatra Utara Kamis, (28/72022).
Bupati Poltak juga berharap tujuan dari festival literasi ini bisa untuk mengenalkan siapa kita dahulu, sekarang dan masa depan. Bahkan perlu dijadikan bahan diskusi bersama karena Batak telah mulai kehilangan identitas.
"Kalau kita tidak bisa jawab siapa itu orang Batak maka bagaimana kita menjawab itu kepada seluruh dunia?, apalagi daerah kita akan menjadi destinasi pariwisata super prioritas, maka kita tidak mungkin hanya menjual keindahan alam kita saja yang sifatnya sementara," katanya berharap.
Baca Juga:
Menjelang Hari H Festival Bunga dan Buah, Bupati Karo Bersama OPD Tinjau Lokasi
Maka dari itu, pinta Bupati Poltak agar kita bisa "menjual budaya dan seni disamping keindahan alamnya."
"Contohnya saja, untuk melihat Tari Kecak Bali saja saya butuh tinggal dua hari sedangkan untuk lihat pantainya hanya sebentar saja, maka itu kita perlu tunjukkan siapa kita orang Batak ini melalui budaya, seni, dan sastranya,"katanya lagi.
Ditambahkannya,melalui festival literasi ini, Balige harus bisa menjadi Kota Batak, dan masyarakatnya bisa menunjukkan identitas sebagai Batak, Balige bisa menunjukkan identitas Batak.
Kita juga kehilangan "story telling" (cerita) yang sangat bernilai tentang Toba ini, story telling yang menceritakan nilai sejarah, budaya dan fakta nyata tentang Toba.
"Maka saya minta bagi para sastrawan dan penulis agar kita bisa buat story telling yang bernilai tentang Toba.
Kalau ada story telling yang berdasarkan data dan dokumen yang jelas maka saya yakin akan banyak orang tertarik dan datang untuk melihat dan mengenal langsung.
Karena yang mahal bukan alamnya saja namun kisah dan cerita yang bernilai tentang Toba kita ini. Cerita membuat orang dari kejauhan datang, ingin dapat kenangan yang banyak karena cerita itu," katanya.
Bupati Poltak bahkan mengajak para peserta untuk bersama sama memulihkan kembali Batak ke bentuk originalnya, Batak Naraja (Batak yang berkepribadian seperti raja).
Karena Batak Naraja adalah kepribadian unggul orang Batak. Namarugamo (memiliki kasih),Namaradat (penuh kesantunan, menolong dan gotong royong), Namarparbinotoan (berilmu pengetahuan) dan namaruhum (taat hukum).
"Kami juga meminta baik karya sastra seperti puisi, cerpen, andung, gambarkanlah Batak Naraja, Anak ni Raja, Boru ni Raja harus jadi problem solving. Kita jadikan Balige kita ini Kota Batak," kata Bupati Poltak
Persoalan kekerasan seksual yang saat ini masih menjadi masalah besar, Bupati Poltak Sitorus meminta sastrawan untuk angkat persoalan ini dalam karyanya karena itu bukan kepribadian kita, bahkan dengan persoalan narkoba sejak dini.
"Mari kita bekerjasama bersihkan persoalan ini karena dengan bersama-sama apapun pasti bisa kita tuntaskan.
Mindset kita orang Batak telah rusak dan mari kita kembalikan mindset kita kembali keasalnya," ujar Bupati Poltak menutup sambutannya
Kegiatan diawali dengan pertunjukan opera dari Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Tarutung.
Kegiatan lain juga diisi dengan pameran fotografi, bedah buku, serta penampilan seni budaya.
Pati Simanjuntak selaku pembina Yayasan Bogas Ni Ruma Balige sekaligus penyelanggara dalam sambutannya mengapresiasi semua kinerja panitia dalam terlaksananya kegiatan ini.
"Karena dengan semangat meski dana yang minim dapat terlaksana acara ini meski tidak terlalu maksimal," ucap Pati menambahkan
Pati Simanjuntak juga ungkapkan permintaan generasi muda saat Bupati Poltak Sitorus menanyakan dari mana kemampuan mereka bermusik pada festival Literasi di hari sebelumnya yang ternyata dari hasil belajar sendiri (red: outodidak), maka harapannya sekolah musik di Toba benar-benar dapat terealisasi.
"Kami juga butuh kegiatan pariwisata yang menyelenggarakan event menyalurkan bakat anak muda meski dari hal-hal yang kecil," lanjutnya lagi
"Terimakasih atas peran serta para tamu dan sastrawan bahkan pegiat budaya yang sejak bulan Mei telah berkontribusi dalam berbagai kegiatan, seperti seminar zoom yang telah terlaksana bahkan dengan kehadiran mereka saat ini meski menempuh jarak yang sangat jauh," kata Pati.
Adapun beberapa tamu undangan yang hadir yakni sastrawan/penulis Saut Poltak Tambunan, Nestor Rico Tambun, Sio Hong Wei (Op. Serena), Saut Situmorang, pegiat Literasi Dimpos Manalu, tokoh masyarakat Parlin Sianipar, H. Imran Napitupulu, Pembina Yayasan Rumah Sakit HKBP, Solidei Siahaan, perwakilan Forkopimda, perwakilan PT. Inalum.
Turut mendampingi Bupati, Plt. Kadis Pendidikan Rikardo Hutajulu, Plt. Kadis Pariwisata Rusti Hutapea, Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan Try Sutrisno P. Samosir. [mps]