Kondisi yang saat ini menurutnya bagi orang materialistis bukanlah sebuah keprihatinan.
"Manusia saat ini yang materialistis, hal itu bukan sebuah keprihatinan. Karena, mereka hanya berpikir soal uang dan untung. Bencana demi bencana sudah datang menghampiri kita," ungkapnya.
Baca Juga:
Konflik Antara Masyarakat Adat dengan PT TPL, Ephorus HKBP: Hak-hak Rakyat Harus Dipulihkan
Ia kembali melihat jauh ke belakang soal penutupan PT Indorayon yang saat ini menjadi PT TPL. Menurutnya, nama yang berubah, namun penderitaan masyarakat akibat pengrusakan alam tidak berubah.
"Saat itu, periode pergantian Presiden Soeharto ke BJ Habibie. BJ Habibie dikenal dengan pemahaman Jerman Eropa tentu ditambah lagi lobby-lobby orang Batak yang punya nurani, PT Indorayon bisa ditutup," lanjutnya.
"Di masa Presiden Megawati, PT Indorayon menawarkan paradigma baru sehingga dibuka kembali dengan nama PT TPL. Hal ini membuat perjuangan masyarakat kembali mentah setelah adanya keputusan pemerintah untuk membukanya kembali," lanjutnya.
Baca Juga:
Maruli Siahaan Hadiri Rapat Perayaan Paskah Raya HKBP 2025, Dukung Suksesnya Acara
Sehingga ia berharap, momen doa atau ibadat bersama soal pelestarian lingkungan menjadi penyemangat bagi insan peduli lingkungan.
"Kita bersama para rohaniawan lainnya untuk membuat ibadat soal pelestarian lingkungan hidup. Kita masih berupaya berkomunikasi dengan seluruh pimpinan gereja yang ada di Sumatera Utara ini agar bisa secara bersama hadir dalam ibadat tersebut," pungkasnya.
[Redaktur: Hadi Kurniawan]