danau-toba.wahananews.co | Ketua Komunitas Rumah Kreatif Paduan Nauli Toba Olo Sirait menyampaikan kritik terhadap program “Batak Naraja”.
“Batak Naraja” adalah program Poltak Sitorus dan Tonny Simanjuntak yang digaungkan sejak masa kampanye hingga sekarang setelah menjadi Bupati dan Wakil Bupati Toba.
Baca Juga:
Diusung PDIP, Cabup Toba Poltak Sitorus Terang-terangan Dukung Bobby Nasution
Bupati Toba sering mengumandangkan Batak Naraja dan menginginkan Masyarakat Toba berperilaku seperti demikian.
“Batak Naraja” ada empat unsur yaitu, Batak yang Marugamo atau beragama, Maradat atau penerapan adat Batak, Marparbinotoan atau memiliki ilmu pengetahuan, Maruhum atau taat hukum.
Namun menurut warga, khususnya komunitas yang melestarikan budaya Batak. Perkataan Batak Naraja berbanding terbalik kenyataan dan penerapannya, bisa dibilang hanya isapan jempol hanya sekedar kata kiasan belaka.
Baca Juga:
Korupsi Jalan di Toba Samosir, Kejati Sumut Tetapkan 1 Tersangka Kasus
Seperti disampaikan ketua komunitas di Kecamatan Lumbanjulu, "Rumah Kreatif Paduan Nauli Toba" yang bernama Olo Sirait.
Komunitas yang dia pimpin mengembangkan budaya Batak dalam kreativitas seni, tortor, mossak, gorga, tenun dan kreativitas kuliner.
"Namun sayang ambisi kita yang ingin melestarikan warisan budaya Batak tersendat karena minimnya dukungan dari Pemerintah Kabupaten Toba, khususnya Bupati Poltak Sitorus yang menggaungkan dan ingin menjadikan Toba Batak Naraja, " ucap Olo sambil menengadah langit.
Lanjut Olo, bagaimana mungkin kita menjadi Batak Naraja? Bila dukungan terhadap pelestarian dan pembinaan kecintaan budaya Batak kepada generasi muda tidak mendapat dukungan dari yang empunya program.
“Ketakutan kita budaya Batak akan semakin tergerus oleh budaya asing apabila tidak ditanamkan kepada generasi muda, lantas apa yang akan kita jual di pariwisata kita nantinya? Karena budaya itu mengambil peran penting dalam pariwisata, terlebih Toba merupakan salah satu obyek pariwisata prioritas, " jelas Olo lagi.
Dikeluhkan Olo, setahun yang lalu di tahun 2021 sudah pernah kita cetuskan kepada Bupati dan Wakil Bupati juga Dinas Pariwisata agar memberikan dukungan, sampai proposal juga sudah kita layangkan untuk bantuan uning -uningan (alat musik tradisional suku Batak) namun hingga hari ini, Jumat (17/6/2022) tak ada realisasi.
Sebelumnya uning-uningan yang dipakai merupakan pinjaman dari warga, namun kini sudah diminta oleh si empunya. Dampaknya anak-anak yang terdiri dari tingkat sekolah dasar, SMP dan SMA yang sempat mendapat pelatihan kini harus berhenti. Karena alat musik tersebut faktor utama pencapaian keberhasilan pelatihan seni budaya Batak.
"Kami mohon kiranya, Pemerintah Kabupaten Toba khususnya Bupati dan Wakil Bupati memberikan perhatian kepada komunitas kami, yang nantinya juga akan memajukan dunia pariwisata Toba dan menjadikan Batak Naraja," pungkas Olo Sirait.
Terpisah, Wakil Bupati Toba, Toni Simanjuntak ketika dihubungi melalui WhatsApp dan kita tanyakan, "Sesungguhnya apa sebenarnya batak na raja? Sesuaikah istilah batak na raja sementara komunitas pelestarian budaya diabaikan oleh pemkab toba? Dengan singkat chatingan Wakil Bupati menjawab, " Nanti akan kita bahas, sebab saya masih di luar kota, " tulis Pak Wakil Bupati, Jumat (17/6/2022). [mps].