Bila masyarakat alami sakit parah, menurutnya, berbagi bidang bakal terganggu, semisal bidang ekonomi.
"Kalau tak bisa lagi beraktivitas, seluruh bidang kehidupan manusia terganggu," tuturnya.
Baca Juga:
Pelayanan Terintegrasi dan Transisi Dipandang Vital Hadapi Populasi Menua
"Saran kami, lingkungan harus dijaga. Kalaupun kemarau panjang berlangsung, maka stakeholder terkait mesti tanggap. Misalnya melakukan modifikasi cuaca seperti yang sedang berjalan saat ini," terangnya.
Saat musim kemarau, ia berharap juga jaminan ketersediaan air bersih bagi warga.
"Kemudian, peningkatan air bersih mesti dilakukan. Di daerah tertentu, kita melihat bahwa persediaan air bersih menipis. Hal ini adalah kebutuhan mendasar bagi masyarakat dan tentu ini juga bagian dari kebutuhan kesehatan masyarakat," ungkapnya.
Baca Juga:
Deiyai Fokus Tangani TB, Dinkes Gelar Pelatihan untuk Petugas Puskesmas
Dari analisisnya, infeksi saluran pernapasan (ISPA) relatif tinggi di Toba selama musim kemarau panjang.
"ISPA yang tinggi; ada batuk, pilek. Lalu penyakit sesak nafas hingga menimbulkan bronkitis. Ada saja warga yang selama ini mengalami sesak nafas, tapi karena tiap hari kesehatannya terganggu akibat karhutla ini, akhirnya penyakit yang lebih parah muncul," lanjutnya.
Dengan demikian, kebutuhan oksigen di fasilitas kesehatan meningkat dari waktu sebelumnya.